Filsafat secara harfiah berarti cinta kebijaksanaan. Secara singkat filsafat dianggap sebagai berpikir atau pola pikir yang menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal. Radikal berasal dari kata Yunani radix yang berarti akar. Dalam berpikir secara filsafat setidaknya ada tiga karakteristik berpikir filsafat yakni, sifat menyeluruh yaitu seorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri, yang kedua yakni sifat mendasar yang memiliki pengertian sifat yang tidak saja bergitu percaya bahwa ilmu itu benar, dan ketiga yaitu spekulatif yang berarti dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Filsafat berperan penting karena dalam filsafat kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikian serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan intelektual).
Peternakan merupakan salah satu sarana untuk berpikir filsafat melalui beberapa pendekatan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat melalui hasil penelitian yang sudah dikaji dan disusun secara mendalam dan komprehensif melalui berpikir secara filsafat. Penyediaan pakan ternak yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan industri peternakan dan menjadi komponen terbesar dalam kegiatan usaha (Sudjono et al, 2012). Permasalahan yang terjadi saat ini adalah semakin meningkatnya harga sumber-sumber protein dan adanya ancaman ketahanan pakan ternak, tekanan lingkungan, pertambahan populasi manusia serta meningkatnya permintaan protein di pasar menyebabkan harga protein yang berbasis hewan semakin mahal (Sartika et al., 2014). Insekta dilaporkan memiliki efisiensi konversi pakan yang tinggi dan dapat dipelihara serta diproduksi secara massal. Budidaya insekta dapat mengurangi limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan (Senlin et al., 2016).
Black Soldier Fly Larvae (BSFL) dikenal sebagai maggot merupakan salah satu insekta yang diteliti lebih jauh terkait kandungan dan manfaatnya sebagai sumber protein yang murah dan ramah lingkungan. Dalam hal ini berpikir secara filsafat yaitu bagaimana mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat dan peternak, menganalisis penyebab dan merumuskan sebuah solusi. Disamping itu, larva BSF dilaporkan bersifat sebagai antibiotik. Studi antibakteri yang dilakukan di Korea menunjukkan bahwa larva BSF yang diekstrak dengan pelarut metanol memiliki sifat sebagai antibiotik pada bakteri Gram positif, seperti Klebsiella pneumonia, Neisseria gonorrhoeae dan Shigella sonnei. Sebaliknya, hasil analisis tersebut juga menunjukkan bahwa ekstrak larva ini tidak efektif untuk bakteri Gram positif, seperti Bacillus subtilis, Streptococcus mutans dan Sarcina lutea (Won‐Hyung, Ji‐Hye, Jong‐Phil, & Ki‐Back, 2012).
Pakan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sebuah usaha subsektor peternakan. Usaha peternakan umumnya sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan, sehingga menarik perhatian masyarakat dan juga pemerintah untuk di kembangkan. Adapun pemanfaatan terhadap bahan baku pakan hingga kini belum tertanggulangi secara tuntas, dalam arti kompetisi makanan antara kebutuhan manusia (pangan) dan ternak (pakan) masih terus berlanjut, sehingga masih merupakan kendala utama untuk pembangunan bidang peternakan yang pada dasarnya, biaya pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi. Pakan harus mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan ternak dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan produksi.
Berpikir secara filsafat dalam hal ini dapat dijelaskan melalui proses dan metode yang panjang dan komprehensif. Metode yang ditempuh agar bisa berpikir secara logis atau berpikir dengan menggunakan logika adalah dengan cara melakukan Analisa dan sintesa. Analisa merupakan kegiatan untuk merinci atau memeriksa sesuatu, dalam kegiatan Analisa ada dua hal yang bisa ditempuh yaitu menguji istikah dari segi penggunaannya, bisa dengan melakukan pengamatan terhadap contoh-contoh penerapan istilah yang dimaksud. Sedangkan sintesa merupakan lawan dari Analisa. Sintesa merupakan kegiatan dalam mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu padnangan baru. Dengan metode sintesa ini memungkinkan seorang untuk mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh sehingga dapat menyusun suatu pandangan baru terhadap hal-hal yang diamati.
Jika ditinjau secara ontologi maka, protein merupakan komponen terpenting dalam penyusun bahan pakan ternak, sedangkan harga protein cenderung fluktuatif terutama di bidang perunggasan yaitu ketersediaan tepung ikan yang sampai saat ini masih impor. Sehingga diperlukan sebuah upaya untuk mencari sumber protein pengganti tepung ikan yang memiliki nilai kandungan yang sama dengan harga yang lebih murah serta dari segi ketersediannya. Hal yang sampai saat ini masih menjadi PR bagi masyarakat adalah cemaran lingkungan akibat sampah. Maggot merupakan salah satu insekta yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein selain itu mudah untuk dibudidayakan dan dapat mengurangi cemaran lingkungan. Dalam hal ini maggot memiliki fungsi yang beragam, sehingga perlu dikaji lebih dalam bagaimana dengan kandungan nutriennya dan pengaplikasiannya terhadap ternak. Sehingga melalui pengamatan pada permasalahan tersebut muncul rasa ingin tahu yang lebih terhadap pemanfaatan maggot untuk sumber protein pada pakan ternak dikaji dari segi nutriennya dan cara budidayanya untuk menyelesaikan permasalahan peternak dalam hal ketersediaan pakan sumber protein dan cemaran lingkungan akibat sampah.
Jika ditinjau secara epistemologi maka, dugaan sementara yang sudah dirumuskan melalui proses pengamatan dan studi literature adalah maggot dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein pada pakan ternak. Sehingga perlu berpikir lebih mendalam bagaimana cara menguji kandungan nutrien yang terdapat pada maggot melalui beberapa analisis dan metode pengaplikasian. Ketersediaan maggot dapat di uji dengan budidaya maggot dalam beberapa media kultur dan di analisis kandungan nutrien pada setiap media kultur dan setiap fase perkembangan maggot. Supriyatna et al., (2018) melaporkan media kultur berupa cassava skin memberikan respon yang paling optimal dengan pemberian 200 mg/larva/hari menghasilkan BK larva sebesar 30,8 mg dengan durasi 14 hari menghasilkan biomassa sebesar 1,54 mg/hari dan residu 6,71 mg/hari. Beberapa sumber mengungkapkan bahwa kandungan maggot atau belatung dari lalat black soldier fly (Hermetia illucens) yaitu sebagai berikut: Tepung maggot (Hermetia illucens) mengandung protein kasar minimum 40,2%, lemak kasar 28,0%, kalsium 2,36%, dan fosfor 0,88%. Menurut Katayane (2014), kandungan nutrisi maggot dengan media bungkil kelapa mengandung 39,0% protein kasar. Materi yang digunakan untuk menguii yaitu ayam broiler. Dalam hal ini ditelah bagaimana cara pengambilan sampel sehingga dapat merepresentasikan populasi yang ada. Menganalisis lebih lanjut kandang yang akan digunakan, sehingga faktor-faktor yang dapat menyebabkan eror dapat diminimalisir. Pakan yang akan digunakan hendaknya memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam, dalam hal ini diperlukan penyusunan ransum berdasarkan kebutuhan dan kandungan nutrien dari bahan yang akan digunakan. Menyusun ransum perlakuan yang akan digunakan berdasarkan fasenya yaitu fase starter dan fase finisher. Untuk mengetahui level pemberian yang paling optimal maka digunakan beberapa perlakuan dengan persentase dan level pemberian yang berbeda setiap perlakuannya. Dalam penelitian yang dilakukan Sandy et al,. (2016) menggunakan R0 (100% tepung ikan + 0% tepung maggot), R1 (75% tepung ikan + 25% tepung maggot), R2 (50% tepung ikan + 50% tepung maggot), R4 (0% tepung ikan + 100% tepung maggot). Untuk melihat perbandingan antara ternak broiler yang mengonsumsi tepung maggot dalam ransum maka diukur parameter untuk menganalisis lebih lanjut yaitu konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan efisiensi penggunaan ransum. Hasil yang diperoleh menunjukan tepung maggot dapat menggantikan tepung ikan sebsar 75% atay 11,25% dalam ransum tanpa memberikan efek buruk terhadap efisiensi penggunaan pakan broiler (Sandy et al., 2016).
Berpikir secara filsafat dalam serangkaian proses epistemologi penelitian menunjukkan bahwa tepung maggot dapat dibudidayakan sehingga ketersediaannya dapat terjaga, memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein pengganti tepung ikan sampai 11,25% dalam ransum, selain itu maggot juga dapat mengurangi cemaran lingkungan akibat sampah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tepung maggot dapat digunakan sebagai sumber protein pengganti tepung ikan pada pakan unggas.
Jika ditinjau secara aksiologi maka, dalam proses berpikir filsafat secara aksiologi meninjau dari aspek kebermanfaatan, dari sudut pandang peneliti penelitian tersebut memiliki manfaat dalam penyediaan sumber protein untuk ternak unggas pada khususnya karena memiliki kandungan protein yang tinggi dan kandungan nutrien lainnya yang memenuhi kriteria sebagai bahan pakan sumber protein. Sehingga dapat menyelesaikan permasalahan penyediaan sumber protein. Media kultur yang digunakan dapat berasal dari limbah sampah organik yang ada di masyarakat dengan pemeliharaan 14 hari, sehingga ketersediaannya dapat terjamin dan dapat mengurangi cemaran sampah di lingkungan. Dari segi harga, maka tepung maggot merupakan alternatif yang dapat memberikan solusi untuk penyediaan sumber protein dengan harga yang murah karena dapat dibudidayakan oleh masyarakat. Dari segi pemerintah, dapat menekan kran impor tepung ikan yang sampai saat ini masih belum mampu terlepas. Aspek kebermanfaatan dari hasil berpikir secara filsafat diatas memiliki sudut pandang yang berbeda dari stake holders yang terlibat didalamnya baik peternak, masyarakat umum dan pemerintah.
Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikian serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmuah dan intelektual). Berpikir secara filsafat menuntun untuk berpikir dari akar dan komprehensif dalam menyusun permasalahan dan menemukan penyelesaiannya. Dalam peternakan memiliki permasalahan yang kompleks termasuk dalam penyediaan pakan sumber protein, sehingga berpikir secara filsafat menyeluruh dan mendalam dapat menyelesaikan masalah melalui proses analisa dan sintesa.
Referensi
Sandy, P. D., J. F. Umboh, C. A. Rahasia, Y. H. S. Kowel. 2016. Pengaruh penggantian tepung ikan dengan tepung maggot (Hermetia illucens) dalam ransum terhadap performans beroiler. Jurnal Zootek. 36 (1), 51-60.
Sartika, Rahmi. 2014. Analisis Perkembangan Harga Protein Hewani Asal Ternak dan Bahan Pakan Ternak di Kota Padang Tahun 2012. Jurnal Peternakan Indonesia, 16 (2).
Senlin, Hong, Zhang, Tian, Zhou, dan Haibo. 2016. Influence of black soldier fly (Hermetia illucens) larvae oil on growth performance, body composition, tissue fatty acid composition and lipid deposition in juvenile Jian carp (Cyprinus carpio var. Jian). Journal Aquaculture, 465, 43-52. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2016.08.020
Siagian, Gunaria. 2020. Pengaruh pemberian larva black soldier fly (Hermetica Illucens) terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus). International Journal of Natural Sciences and Engineering. 4 (2), 83-91. http://dx.doi.org/10.23887/ijnse.v4i2.29369.
Sujono, & Hidayati. 2012. Studi Penyediaan Pakan Pada Peternakan Domba Rakyat di Daerah Sub Tropis. Jurnal Gamma, 7(2). Retrieved from http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1938.
Supriyatna, A., O. T. Kurahman, T. Cahyanto, A. Yuliawati, Y. Kulsum. 2018. The potency of Black Soldier Fly Larvae (Hermetia illucens L.) as a source of protein for livestock feed. Journal of Biology and Biology Education. 10 (2), 448-454. http://dx.doi.org/10.15294/biosaintifika.v10i2.14422.
Tim Dosen Filsafat Ilmu. 2010. Filsafat Ilmu. Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Liberty Yogyakarta. Edisi ke dua. ISBN:979-499-196-1.
Won‐Hyung, Ji‐Hye, Jong‐Phil, & Ki‐Back. 2012. Antibacterial effects of extract of Hermetia illucens (Diptera: Stratiomydae) larvae against Gram-negative bacteria. Entomological Research, 42(5), 219-226.
Oleh : Diana Rahmawati