Filsafat secara harfiah berarti cinta kebijaksanaan. Secara singkat filsafat dianggap sebagai berpikir atau pola pikir yang menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal. Radikal berasal dari kata Yunani radix yang berarti akar. Dalam berpikir secara filsafat setidaknya ada tiga karakteristik berpikir filsafat yakni, sifat menyeluruh yaitu seorang ilmuwan tidak akan pernah puas jika hanya mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri, yang kedua yakni sifat mendasar yang memiliki pengertian sifat yang tidak saja bergitu percaya bahwa ilmu itu benar, dan ketiga yaitu spekulatif yang berarti dalam menyusun sebuah lingkaran dan menentukan titik awal sebuah lingkaran sekaligus menjadi titik akhirnya dibutuhkan sebuah sifat spekulatif baik sisi proses, analisis maupun pembuktiannya. Filsafat berperan penting karena dalam filsafat kita bisa menjumpai pandangan-pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikian serta gagasan-gagasan yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan intelektual).
Pangan merupakan hal esensial yang dibutuhkan masyarakat dari suatu negara. Ketahanan pangan suatu negara menjadi kunci utama dalam pembangunan masyarakat disuatu negara. Pangan berfungsi sebagai sumber nutrisi yang dibutuhkan guna meningkatkan pembangunan manusia. Sumber daya lokal serta kebijakan dalam pemanfaatannya menjadi key role dalam mencapai ketahanan pangan.
Perancis sebagai salah satu negara maju di dunia memiliki kisah yang panjang dalam membangun ketahanan pangan. Salah satu fokus utama adalah pengembangan pangan hewani khususnya produksi susu yang saat ini menjadi komoditas ekspor dari Perancis. Banyak aspek yang mendukung terkait pengembangan produksi susu di Perancis yang menuntun negara tersebut menjadi salah satu negara penghasil susu tertinggi di dunia. Aspek terkait pengembangan produksi susu berawal dari kebijakan yang diputuskan diikuti dengan sumber daya lokal yang memadai.
Minggu, 5 Desember 2021 – Himpunan Mahasiswa Pascasarjana (HMP) Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan kegiatan lanjutan dari Pelatihan Pengolahan Kompos dari Limbah Peternakan Sapi yang sudah dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 lalu. Kegiatan yang bertema Sosialisasi Marketing dan Packaging Produk Pupuk Kompos dari Limbah Peternakan Sapi adalah salah satu dari implementasi Program Pengabdian Kompetisi Hibah Pascasarjana Fakultas Peternakan UGM. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai pertemuan kelompok tani ternak Perti Dadi, Desa Duwet, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Kegiatan sosialisasi marketing dan packaging produk pupuk kompos dari limbah peternakan sapi dimulai pada pukul 09.30 WIB dengan dihadiri peserta anggota kelompok tani ternak Perti Dadi. Kegiatan ini disambut baik oleh pemerintah desa, dimana turut hadir Bapak Warsito selaku Lurah Duwet yang memberikan sambutan dan motivasi kepada para anggota kelompok tani ternak Perti Dadi. Selain itu kegiatan sosialisasi marketing dan packaging produk pupuk kompos dari limbah peternakan sapi yang diadakan oleh HMP Fakultas Peternakan UGM juga berkolaborasi bersama Tim Program Pengabdian Hibah Pascasarjana Fakultas Peternakan UGM lainnya mengenai Desiminasi Rumput Gama Umami dan Tim Mahasiswa Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas area 1.905 juta km2. Dikenal dengan segala keberagamannya, memiliki lebih 5.300 makanan tradisional dan 1.340 suku. Keberagaman ini menjadi nilai tersendiri untuk Indonesia. Budaya yang beragam menyentuh banyak bagian disekitar masyarakat, salah satunya adalah sektor peternakan.
Peternakan merupakan sektor yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Pada umumnya hewan ternak lebih dikenal sebagai pemenuh kebutuhan protein hewani untuk manusia, akan tetapi dibeberapa daerah di Indonesia hewan ternak merupakan bagian dari sosial-adat. Budaya melekat dan menjadi ciri khas sendiri untuk suatu daerah, menjadi bagian yang sulit terpisahkan dengan masyarakat.
Bibit sapi potong lokal merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai peran dalam upaya untuk mendukung pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia. Upaya pengembangan pembibitan sapi potong ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga perlunya perhatian dalam melakukan seleksi bibit. Kurangnya bibit sapi lokal mengakibatkan kualitas sapi yang ada menjadi menurun dari standar yang telah ditetapkan yang diakibatkan karena kurang tersedianya pejantan di lapangan. Kurangnya pejantan akan menyebabkan ternak dikawinkan berulang dengan pejantan yang sama, sehingga terjadi inbreeding atau perkawinan dengan kerabat dekat. Pada perkawinan inbreeding dapat meningkatkan tingkat homozigositas, termasuk terjadinya peningkatan homogenitas gen yang resesif yang tidak diharapkan dan dapat mengakibatkan kelainan-kelainan genetik dan penurunan produktivitas (Falconer & MacKay 1996; Vale et al. 2013). Untuk itu, perlu dilakukan upaya pembibitan dan pemurnian karena keberlangsungan sapi bergantung pada ketersediaan dan kualitas bibit sapi.