• UGM
  • Fapet UGM
  • Pasca Fapet
  • IT Center
Universitas Gadjah Mada Himpunan Mahasiswa Pascasarjana
Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada
  • Berita
  • Profil
  • Opini
  • Acara
  • Galleries
  • Beranda
  • Opini
  • MAGGOT SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN MENGANDUNG PROTEIN TINGGI

MAGGOT SEBAGAI ALTERNATIF PAKAN MENGANDUNG PROTEIN TINGGI

  • Opini
  • 11 January 2022, 12.47
  • Oleh: Admin HMP Fapet UGM
  • 0

Apa sih itu Maggot?

Maggot merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) yang sangat istimewa dibandingkan bahan baku pakan alternatif lain karena mengandung nutrien lengkap untuk unggas dan kualitas yang baik. Selain itu, Maggot bisa diproduksi dalam waktu singkat dan berkesinambungan dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan unggas. Karena dalam pengembangbiakannya hanya membutuhkan kandang, media bertelur, hingga menetas menjadi larva. Belatung-belatung lalat itulah yang kemudian dimanfaatkan sebagai tambahan makanan ternak ayam, bebek, dan segala jenis ikan budidaya. Keunggulan lainnya, yaitu dalam prosesnya Maggot juga bisa diproduksi menjadi tepung (mag meal), sehingga bisa menekan biaya produksi pakan. Meski tergolong mudah, tetapi budidaya maggot membutuhkan ketelatenan. Sebab, kandang harus selalu rutin dilakukan pengecekan. Selain itu, juga diperlukan perhitungan yang tepat kapan tiba waktunya panen.

Gambar 1. Lalat tentara hitam (Hermetia illucens) penghasil Maggot dengan pakan sampah organik. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia.

Selain mampu menekan biaya pakan, asupan-asupan nutrisi ternak juga akan terjamin. Larva memiliki kandungan protein yang sangat tinggi. Keuntungan lainnya bisa mengurangi ketergantungan terhadap pakan pabrikan harga tinggi.

Menurut Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Sumiati dalam acara Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) bertajuk “Budidaya Maggot dan Aplikasinya dalam Industri Pakan Ikan dan Unggas” menjelaskan penggunaan maggot dalam ransum unggas berpeluang sebagai alternatif sumber protein yang berprotein tinggi. Diharapkan bahan baku pakan unggas lokal ini harganya bisa murah dan ketersediaannya kontinyu, sebab hal tersebut merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh bahan pakan alternatif. Setelah menetas, Maggot yang dihasilkan dari BSF mengandung protein yang tinggi antara 41-42% protein kasar, 31-35% ekstrak eter, 14-15% abu, 4,18-5,1% kalsium, dan 0,60-0,63% fosfor dalam bentuk kering.

Tantangan

Dengan semua potensi itu, pengembangan Maggot sebagai bahan baku alternatif pakan ikan, dipastikan akan menghadapi banyak tantangan. Sehingga butuh ketekunan dan edukasi kepada masyarakat terkait sampah organik. Perlunya edukasi, karena sampah organik merupakan sumber media utama budi daya Maggot. Sementara, sumber sampah organik berasal dari sampah rumah tangga. “Sehingga harus dipilah mana organik dan anorganik. Kualitas Maggot tergantung dari bahan baku media budidaya yang digunakan.

 

Oleh : Prihutomo Suharto

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • Musyawarah Besar 1 Himpunan Pascasarjana Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada: Momen Bersejarah yang Menentukan Langkah Baru HMP Pascasarjana Fapet UGM
  • Unsulbar dan UGM Bersinergi Tingkatkan Kapasitas Sumber Daya Manusia Peternakan: Kuliah Umum dan Sosialisasi Program Pascasarjana
  • Fakultas Peternakan UGM-NLU HCMC Vietnam Kerja Sama Adakan The 5th International Joint Graduate Seminar on Animal and Agricultural Sciences
Universitas Gadjah Mada

Jl. Fauna No.03, Depok, Sleman, DI Yogyakarta

☎️ Contact : 0812 9282 4282 (tlp/wa)
🌎 Instagram : @pascafapetugm
📮 Email : hmppeternakan21@gmail.com

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju