Pakan merupakan kebutuhan pokok bagi ternak. Jika ternak diibaratkan sebuah mesin, maka pakan adalah bahan bakarnya sehingga ternak tetap bisa hidup (maintenance), menghasilkan daging, susu, telur (produksi) dan berkembang biak (reproduksi). Keberhasilan suatu usaha peternakan tidak terlepas dari manajemen pakan yang meliputi dua aspek yaitu kualitas dan kuantitas bahan pakan. Pakan berkualitas yaitu pakan yang tidak rusak, baik dan memiliki kandungan zat gizi atau nutrien yang dibutuhkan oleh ternak. Adapun kuantitas yaitu jumlah pakan yang diberikan cukup bagi ternak.
Pada usaha peternakan rakyat, pakan yang diberikan umumnya sesuai dengan kemampuan peternak, bukan sesuai dengan kebutuhan ternaknya. Secara kuantitas biasanya terpenuhi, namun secara kualitas masih sering dijuampai belum memenuhi kebutuhan akan nutrisi ternak, sehingga produktivitas ternaknya belum optimal.
Pemberian pakan tentu bukan sekedar membuat ternak kenyang, karena kenyang bukanlah standar bahwa kebutuhan nutrisi akan ternak terpenuhi. Rasa kenyang bukan pula hanya berbicara tentang jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ternak, akan tetapi kandungan nutrien pakan juga sangat berpengaruh. Aktivitas makan oleh ternak berkaitan dengan sistem saraf (neuro system), melibatkan central nervous system (CNS) yang mengontrol tingkat komsumsi energi yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan ternak, atau dalam bahasa sederhana ternak tidak akan berhenti makan jika kebutuhan energinya tidak tercukupi. Hal ini berkaitan dengan kualitas pakan karena dengan tersedianya nutrien yang cukup akan dapat memenuhi kebutuhan energi ternak.
Berdasarkan teori khemostetik, peningkatan konsentrasi substansi tertentu memberikan sinyal untuk berhenti makan, sebaliknya jika konsentrasi rendah menyebabkan ternak akan mulai makan. Sebagai contoh konsentrasi glukosa pada ternak unggas merupakan indikator yang menentukan kenyang atau laparnya. Jika konsentrasi glukosa darah rendah dan disuntik dengan insulin maka ternak akan merasa lapar. Sebaliknya setelah makan konsentrasi glukosa akan meningkat dan ternak akan berhenti makan.
Selain itu, konsumsi pakan (energi) juga dipengaruhi oleh kapasitas saluran cerna, misalnya pada ternak ruminansia akan berhenti makan apabila kapasitas retikulo-rumen untuk menampung massa digesta sudah mencapai batas maksimal. Hal ini berkaitan dengan kuantitas. Pakan dengan jumlah tertentu akan membuat ternak kenyang walaupun pakannya berkualitas rendah.
Sebagai analogi, jika seorang makan dua piring nasi tentu akan merasa kenyang walaupun tanpa tambahan ikan dan sayuran. Sebaliknya jika orang tersebut makan sepiring nasi dengan tambahan ikan dan sayuran, mungkin tidak sekenyang mengomsumsi dua piring nasi, tapi kebutuhan akan nutrisinya bisa terpenuhi, karena kandungan nutrien makanan dengan kombinasi nasi, ikan dan sayuran tentu lebih lengkap daripada hanya sekedar nasi. Nasi sebagai sumber karbohidrat, ikan memiliki protein tinggi dan sayuran mengandung vitamin, mineral dan mikro nutrien lainya yang dibutuhkan oleh tubuh.
Demikian pula pada ternak, kombinasi pakan sangat penting melalui formulasi ransum yang sesuai dengan kebutuhan harian ternak baik secara kualitas maupun kuantitas. Jika hanya bersandar pada kuantitas tanpa memperhatikan kualitas maka ternak hanya akan merasa kenyang namun pemenuhan kebutuhan energi tidak tercukupi untuk produktivitasnya. Pakan seperti ini hanya akan memenuhi kebutuhan pokok saja, sementara kebutuhan produksi daging, susu, ataupun telur akan tidak optimal, bahkan dapat mengganggu sistem reproduksi dan kesehatan ternak. Oleh karena itu, bukan seberapa banyak pakan yang diberikan pada ternak, tapi seberapa terpenuhi akan kebutuhan nutrisinya.
Author : Adriawan Zainuddin